Madrasah Diniyah (TPA/TPQ sederajat) Raudlatut Thalibin di Dusun Lengkong, Desa Bragung, Kecamatan Guluk-Guluk, Sumenep, Jawa Timur, berada di desa dengan perekonomian yang masih sangat rendah.
Warga dusun yang mayoritas berprofesi sebagai petani dan buruh itu hanya mampu membayar sekolah anak mereka dengan rengginang atau pisang. Rengginang merupakan makanan sejenis kerupuk tebal terbuat dari nasi atau beras ketan ini merupakan kue khas di Dusun Lengkong.
Ustaz Muhammad, salah satu guru mengatakan, tenaga pengajar yang berjumlah 10 oran gdi Madrasah Diniyah Raudlatut Thalibin ini mengajar dengan penuh rasa keikhlasan. "Mereka rela menerima ketika hanya dibayar dengan rengginang atau pisang," ujarnya, Rabu (24/2).
Dikatakan, pernah suatu hari sekolah mencoba untuk mewajibkan infaq kepada murid sebesar Rp 15.000 per bulan untuk membayar honor para guru, namun warga tetap tidak sanggup bayar. “Warga sanggupnya bayar dengan setandan pisang. Padahal, harga pisang setandan lebih dari Rp 15.000,” ujarnya.
Selain masalah SPP, sekolah ini juga mempunyai persoalan dalam penyediaan sarana belajar. Kondisi ruang kelas seadanya dan bangku serta meja sangat tidak layak, karena sudah hampir 10 tahun belum diganti. Meski begitu, semangat belajar para murid tetap luar biasa. Setiap sore, sekolah ini selalu ramai dikunjungi oleh 113 murid yang menimba ilmu.
Akhir Desember 2015, LAZ Al Azhar Peduli Ummat menggulirkan program Infralink, (Infrastruktur dan Konservasi Lingkungan), yang berkerja sama dengan es krim Wall's. Lewat program ini, ruang kelas mulai diperbaiki, mulai dari pengecatan seluruh dinding, pengadaan meja-kursi untuk kelas dan guru, serta papan tulis.
“Alhamdulillah, murid terlihat lebih ceria saat belajar menggunakan kelas dan meja baru. Insya Allah akan ada kebaikan yang mengalir untuk donatur di setiap ilmu yang mereka serap,” ujarnya.
______________
Sumber: beritasatu.com
0 komentar:
Post a Comment