Dmitvi Levin, Danil Danilov, dan Alexandr Pekhtelev, anggota group musik asal Rusia yang bernama "Indonesia" di Pusat budaya Rusia, Jakarta, (30/11). Foto: TEMPO/Aditia Noviansyah |
Sebelum tampil di Jakarta, Indonesia tampil di World Ethnic Forum, yang diadakan di Bali pada 26 November 2013, atas undangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Selanjutnya mereka menggelar pentas di Kafe Tenda Kampayo XT, Yogyakarta, 29 November dan terakhir di di Pusat Kebudayaan Rusia, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu, 30 November 2013.
Grup musik Indonesia dibentuk di St Petersburg, Rusia, pada 2007. Nama Indonesia diambil dari gitar listrik Ibanez, yang dibeli Demian di kota itu. Gitar yang dibeli dengan harga 1.500 rubel atau sekitar Rp 3,4 juta. Sepekan di Indonesia, Kedutaan Besar Republik Indonesia mengajak mereka ke toko musik. “Kami memborong seruling di Yogyakarta,” kata Santa, panggilan pembetot bas Alexandr Pekthelev.
Danil Danilov, si vokalis, juga sempat memain-mainkan angklung toel. Santa mengaku suka dengan suasana dan udara Indonesia. “Tempatnya indah,” katanya. Di antara mereka tak ada yang fasih berbahasa Indonesia dan hanya Santa yang bisa berbahasa Inggris.
Indonesia telah merilis beberapa single, antara lain Against My Father, Pretty Colours, dan We Are The Same. Grup ini menyebut genre musik yang mereka mainkan adalah rock alternatif. Warna senada bisa ditemui juga di band Tanah Air yang beraliran emo/post hardcore seperti Killing Me Inside, Killed By Butterfly, Jolly Jumper, dan Alone at Last.
Namun hingga kini mereka belum melempar album ke pasaran. Di Rusia, Indonesia dikenal sebagai band underground yang tak laku di pasaran. “Rusia lebih menyukai pop. Musik seperti kami jarang dimainkan di radio,” kata Santa. Indonesia pun hanya memperkenalkan lagu-lagu mereka melalui Internet.
Sumber: Tempo.co | Ananda Badudu
0 komentar:
Post a Comment