1/12/14
0 komentar

Indahnya Tenun Minahasa, Warisan Budaya Indonesia

11:51 AM
Indahnya Tenun Minahasa
Indahnya tenun Minahasa dan busana rancangan Thomas Sigar.
Tenun Minahasa (Sulawesi Utara) begitu indahnya. Kain tenun ini telah hilang sekitar 200 tahun yang lampau, tetapi kini ditumbuhkan lagi. Kain tenun minahasa asli sejatinya di dunia ini tinggal 7 potong doang yang letaknya di berbagai museum belahan dunia ini.

Tenun Minahasa pernah lenyap sejak 200 tahun lalu. Hal itu membuat masyarakat Minahasa 'meminjam' kain tenun daerah tetangga atau batik dari Jawa. Kini, kain tenun itu sudah hadir kembali.

Indahnya Tenun Minahasa“Pada abad ke-17 hingga ke-18, sebelum agama masuk ke Minahasa, tingkat keahlian menenun mencapai puncak tertinggi,” ujar Thomas Sigar, yang pada 1973-1974 belajar di Ecole Superieure d’Arts Graphiques dan Academie d’Arts Julien, Paris, Prancis, ini. Dari risetnya ia menemukan bahwa penenunan kain Minahasa yang kuno adalah jenis penenunan yang sulit sekali. Menurut pria kelahiran Jakarta, 20 Oktober 1952 ini, kesulitan penenunan yang tinggi ditambah masuknya agama nasrani pada abad ke-19—yang menganggap motif-motif kain Minahasa kuno menyimbolkan keberhalaan—menjadi penyebab lenyapnya kain tenun Minahasa sejak 200 tahun yang lalu.

Sekarang, di belahan bumi ini hanya ada tujuh lembar kain Minahasa yang usianya sudah lebih ratusan tahun. Itu pun tersimpan di museum di Belanda. “Satu lembar ada di Museum Nasional, tetapi saya khawatir itu bukan kain Minahasa melainkan kain Filipina,” ujar Thomas yang sejak 1997 mengembangkan warisan budaya Indonesia ke dalam bentuk fashion.

Jadi, ternyata sudah lama sekali masyarakat Minahasa mengenakan kain yang bukan miliknya. Menurut catatan Thomas Sigar, dalam mengikuti upacara-upacara tradisi pun, masyarakat Minahasa biasa mengenakan kain tenun Nusa Tenggara Timur (NTT) bahkan kain batik pesisiran Jawa. Thomas juga menemukan foto-foto yang menunjukkan bahwa pada zaman kerajaan, para raja mengenakan kain patala dari India.

Indahnya Tenun Minahasa


BUSANA MINAHASA:

Busana Tradisional Minahasa
BUSANA WANITA MINAHASA. Pada mulanya disebut ‘ Karai Momo” ada juga yang disebut “wuyang” pakaian pengantin wanita bagian atas disebut kebaya, dengan model lengan panjang dan lengannya sempit berwarna putih, dihiasi dengan sulaman sujiber bentuk bunga padi dan bunga kelapa dan pada dada sebelah kiri kebaya dilengkapi dengan kembang kaca piring dan bunga melati yang berbau harum. Pada bagian bawah berbentuk lipatan seperti ikan duyung dan agak melebar pada bagian bawah.

BUSANA PRIA MINAHASA. Terdiri atas dua potong bagian atas dan bagian bawah. Pakaian bagian atas disebut “baniang”, yaitu kemeja yang berlengan panjang memakai kerah ataupun tanpa kerah dan pada bagian bawah sebelah kiri dan kanan dan bagian atas sebelah kiri kemeja memakai saku. Pada bagian bawah dari lengan dan bagian depan kemeja dihiasi dengan sulaman tergantung dari keinginan pemakai. Motifnya padi, kelapa dan ular naga.

Celana pada pengantin pria panjangnya sampai ketumit ,makin kebawah makin lebar.Berwarna hitam tidak dihias.Mempergunakan ikat pinggang dari kulit ular patola yang berbentuk mahkota pada bagian depannya.


Foto Busana: Busana Rancangan Thomas Sigar
Sumber: Indahnya Pakaian Adat Indonesia

Indahnya Tenun Minahasa

0 komentar:

Post a Comment

 
Toggle Footer
Top