3/17/13
0 komentar

Mengenang Aaron Swartz, Pejuang Demokratisasi Internet

2:19 AM

Jumat, 11 Januari lalu, Aaron Swartz ditemukan tewas di apartemennya di New York, Amerika Serikat. Kepergian pemuda jenius itu cukup mengagetkan dunia. Maklum, Aaron dikenal sebagai si jenius yang telah mendedikasikannya kejeniusannya untuk kemanusiaan.

Dia mulai menggeluti dunia internet sejak kecil. Di usia usia 12 tahun, Ia meraih penghargaan ArsDigita atas keberhasilannya membuat sebuah website non-komersil. Kemudian, pada usia 14 tahun, ia memainkan peranan dalam menciptakan RSS (really simple sydycation) atau feed, yang memungkinkan pembaca mengelola apa yang dibacanya di internet.

Aaron juga pendiri situs user generated content, Reddit, yang memungkinkan penggunanya memasukkan konten berupa link ataupun teks secara bebas. Dengan keahlian dan kejeniusannya, Aaron bisa menjadi orang kaya-raya. Namun, seperti dikatakan Larry Lessig, seorang professor hukum di Harvard, “Aaron dalam hidupnya tidak pernah bekerja untuk mengumpulkan uang..Aaron selalu bekerja (setidaknya dalam konsepsinya) untuk kepentingan umum.”

Aaron sangat berkomitmen pada nilai-nilai kebebasan dan kemerdekaan. Di internet, Aaron aktif memperjuangkan hak setiap orang mengakses informasi dan pengetahuan berguna. Karena itu, Aaron sangat memerangi segala upaya, terutama dari pemerintah dan korporasi, untuk membatasi atau menerapkan sensor di internet.

Pada tahun 2008, Aaron menjebol Pacer, layanan online yang menyediakan dokumen-dokumen pengadilan tetapi harus dibayar per-halamannya. Aaron tidak setuju jika dokumen pengadilan, yang mestinya bebas diakses oleh publik, justru harus dibayar. Akhirnya, bersama seorang temannya, Ia menciptakan sebuah program yang bisa mendownload jutaan dokumen dan kemudian disebar ke publik.


Tak hanya itu, pada bulan Juli 2010, Aaron kembali menarget JSTOR, perpustakaan digital yang menyimpan jutaan jurnal akademis. Atas aksinya itu, Aaron menegaskan, ia tidak setuju jika rakyat harus membayar mahal untuk mengakses artikel/jurnal ilmiah. Padahal, sebagian besar penulis jurnal ilmiah itu tidak pernah dibayar atas tulisannya.

Aaron kemudian mendownload jutaan artikel/jurnal ilmiah dan kemudian disebar bebas di internet. Dari berbagai aksinya itu,  Aaron tidak pernah punya niat untuk mencari keuntungan. Semua tindakannya itu demi memperjuangkan demokratisasi informasi dan pengetahuan.

Tak heran, banyak yang menjulukinya “Robin Hood” di dunia maya. Banyak orang jenius di dunia ini, tetapi sangat sedikit yang seperti Aaron Swartz, yang menggunakan pengetahuannya untuk kepentingan umum. Dia menolak jika pengetahuan dan informasi dikomoditifikasi.

Memang, di era kapitalisme, internet tidak lepas dari motif mengakumulasi keuntungan (profit). Dan korporasi menjadi aktor utamanya. Untuk mengarahkan internet di bawah logika profit, korporasi mulai membatasi akses massa-rakyat. Salah satu modusnya: pengakuan soal Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI).

Dengan berlindung di balik tabir “HAKI”, korporasi mulai mengkomersilkan informasi dan pengetahuan. Lalu, mereka yang berusaha mengakses informasi tanpa membayar dianggap “pembajak” atau “kriminal”. Lalu, dengan topeng “HAKI” pula, korporasi bisa melakukan kontrol dan monopoli terhadap segala akses informasi dan pengetahuan.

Aaron Swartz menolak motif korporasi itu. Ia mengorganisir kampanye bertajuk “Demand Progress” untuk melawan upaya sensor terhadap kebebasan internet, seperti RUU penghentian pembajakan online (SOPA) dan PROTECT IP Act.

Tetapi langkah Aaron Swartz bukan tanpa halangan. Dengan menggunakan kasus “penjebolan JSTOR”,  Institut Teknologi Massachusetts (MIT) dan Kejaksaan  Massachusetts berusaha menjeratnya dengan 30 tahun penjara dan denda 4 juta USD.

Karena itu, ayah Aaron Swartz, Robert Swartz, bilang, “Aaron tidak bunuh diri tetapi dibunuh pemerintah. Keluarga Swartz berpendapat, kematian Aaron bukan hanya tragedi pribadi, tetapi produk sistem peradilan pidana yang penuh dengan intimidasi.

Aaron meninggal karena memperjuangkan sesuatu yang sangat besar, yakni kemerdekaan dan hak setiap rakyat untuk mengakses informasi dan pengetahuan. Seperti dikatakan ayahnya pada upacara pemakaman: “Aaron menggunakan hidupnya yang sangat singkat, tanpa pamrih, untuk memperjuangkan dunia yang lebih baik bagi semua orang.”

@[Berdikari Online]
Sabtu, 19 Januari 2013

0 komentar:

Post a Comment

 
Toggle Footer
Top